What Is Abnormality?
- Menurut Prof. Suprapti Sumarmo Markam, terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam membuat pedoman mengenai normalitas, yaitu pendekatan kualitatif, dan pendekatan kuantitatif.
- Dengan pendekatan kuantitatif : didasarkan atas patokan statistik, dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi. Contoh, perilaku makan 8 sampai 10 kali sehari secara statistik tidak sering dilakukan oleh kebanyakan orang, sehinga dianggap tidak normal
- Pendekatan kualitatif : menegakkan pedoman-pedoman normatif yang berdasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosio kultural setempat. Sebagai contoh, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang tengah mengalami kematian orang tuanya di suatu lingkungan budaya dapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar, namun tidak demikian halnya pada lingkungan budaya lain.
- Menurut Stern (1964) ada 4 aspek dalam menilai normal atau tidaknya seseorang, yaitu:
- Daya Integrasi > fungsi ego dalam mempersatukan/ mengkoordinasi kegiatan ego kedalam/ keluar diri.
- Ada atau tidaknya simptom yang dilihat dari segi praktis > mengarah ke pendekatan medis
- Kriteria psikoanalisa > kesadaran dan perkembangan psikoseksual
- Determinan sosio dan kultural
- Menurut Ulmann (1980) Jenis perilaku menyimpang (deviance) yang memerlukan perhatian profesional dari psikiater, psikolog, atau tenaga profesional lain dalam bidang kesehatan jiwa. Dalam definisi ini terungkap secara tersirat bahwa jika seseorang menampilkan perilaku yang berbeda, tidak mengikuti aturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu, dan tak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa, perilaku tersebut dianggap abnormal.
- Menurut Davison & Neale (2001) Perilaku abnormal merupakan pola-pola emosi, pikiran dan perilaku yang dianggap patologis karena satu atau lebih alasan berikut:
- Jarang terjadi
- Bertentangan dengan nilai/norma kelompok
- Menimbulkan stress pribadi
- Menunjukkan adanya ketidakmampuan (disability) atau disfungsi
- Tidak diharapkan
- Menurut Gladston (1978) ada 7 aspek yang merupakan tingkah laku penyesuaian diri yaitu: ketegangan, suasana hati, pemikiran, kegiatan/aktivitas, organisasi diri, hubungan antar manusia, dan keadaan fisik. Dibagi menjadi menjadi 5 tingkatan : penyesuaian normal, darurat, neurotik, kepribadian, ganggung berat.
Untuk menilai apakah seseorang normal
atau tidak, maka perlu diperhatikan metode penilaian yang akan kita pakai dan
aspek penilaian berdasarkan teori yang mendasarinya.
Penyebab Perilaku Abnormal
- Penyebab primer adalah kondisi yang harus dipenuhi agar suatu gangguan dapat muncul, meskipun dalam kenyataan gangguan tersebut tidak atau belum muncul.
- Penyebab predisposisi adalah keadaan sebelum munculnya suatu gangguan yang merintis kemungkinan terjadinya suatu gangguan di masa yang akan datang.
- Penyebab yang mencetuskan adalah suatu peristiwa yang sebenarnya tidak bagitu parah namun seolah-olah merupakan sebab timbulnya perilaku abnormal itu, padahal sebenarnya telah ada predisposisi sebelumnya.
- Penyebab yang menguatkan (reinforcing) adalah peristiwa yang terjadi pada seseorang yang memantapkan suatu keadaan atau kecenderungan tertentu, yang telah ada sebelumnya.
Klasifikasi Tingkah Laku Abnormal
- Klasifikasi Psikologis : Didasarkan secara apriori atas letak dominasi gangguan pada fungsi-fungsi psikologis dikemukakan oleh Linneaus, Arnold, Pritchard, Heinroth, Bucknill & Tuke, Ziechen.
- Klasifikasi Fisiologis : Klasifikasi ini didasarkan atas asumsi bahwa proses-proses mental memiliki dasarfaali/fisiologis.
- Klasifikasi Etiologis : Didasarkan atas sebab-sebab ganguan jiwa ada beberapa pendapat antara lain bahwa penyakit fisik menyebabkan penyakit jiwa
- Klasifikasi Simtomatologis : Metode klasifikasi simtomatologis yaitu mencari gejala gejala dan meyimpulkan jenis gangguan berdasarkan gejala-gejala tersebut
Klasifikasi Mutakhir
Dalam
klasifikasi gangguan kejiawaan,
gangguan fisik dan organis, yang bisa ditangani oleh para dokter atau ahli
medis ditampilkan dengan landasan perbedaan yang kadang mendasar. Pada
umumnya, menggunakan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders)-IV yang memiliki system multi-axial.
Diagnostik Tingkah Laku Abnormal
- Pertama, mengorganisasi gejala-gejala, simtom-simtom, keluhan-keluhan (subjektif), serta tanda-tanda (objektif) perilaku abnormal yang diperoleh melalui interview dan observasi dalam pemerikasaan psikiatris.
- Kedua, sejumlah simtom dikelompokkan menjadi suatu sindrom (sejumlah simtom yang seringkali ada bersama-sama)
- Ketiga, melalui pemeriksaan yang lebih spesifik lagi menentukan gangguan mental apa yang dihadapinya. Gangguan mental merupakan penyimpangan dari pola pikir, emosi, perilaku, persepsi, yang menyimpang dari suatu norma social dan menimbulkan kelemahan sosial
0 komentar :
Posting Komentar